Beliau dilahirkan dalam keluarga Kristen yang sangat kuat, di Midwest, Amerika Serikat. Keluarga dan nenek moyangnya tidak hanya membangun gereja-gereja dan sekolah-sekolah di sana, tapi juga mereka adalah orang yang pertama kali datang ke kota itu.
Saat masih di Sekolah Dasar, Yusuf dan keluarganya pindah ke Houston, Texas, pada tahun 1949. Mereka rajin pergi ke gereja. Yusuf sendiri sudah dibaptis saat usia 12 tahun di Pasadena, Texas.
Sebagai seorang anak berumur belasan tahun, Yusuf banyak mengunjungi gereja-gereja lain untuk belajar lebih banyak tentang ajaran dan keyakinan Kristiani, seperti Gereja Baptis, Metodis, Episkopal, Gerakan Karismatik, Nazaret, Gereja Kristus, Gereja Tuhan, Gereja Tuhan dalam Kristus, Gospel Sepenuh, Agape, Katolik, Presbyterian dan masih banyak lagi.
Rasa hausnya terhadap ilmu pengetahuan membuatnya juga tertarik untuk mempelajari Hinduisme, Judaisme, Buddhisme, Metafisik, dan kepercayaan Amerika yang asli. Satu-satunya agama yang tidak dilirik oleh Yusuf adalah "Islam". Mengapa ?
Sebab, Islam yang Yusuf dengar dari berbagai informasi televisi, media massa, radio dan sebagainya adalah agama teroris, penganjur kekerasan, tidak cinta damai dan sebagainya. Jangankan tertarik pada Islam, mendengar nama Islam saja ia sudah sangat alergi (phobia).
Namun, bisnisnya yang berskala internasional membuatnya harus bertemu dan berkomunikasi dengan orang Islam. Salah satu usaha yang dirintis Yusuf bersama ayahnya adalah Estes Music Studios, sebuah studio besar di Laurel, Maryland yang sudah dirintisnya sejak 1963.
Yusuf juga membuka toko piano dan organ di sepanjang jalan mulai dari Texas dan Oklahoma hingga ke Florida. Ia mendapatkan jutaan dolar dari bisnisnya itu. Meski begitu, Yusuf merasakan tidak ada kedamaian dengan semuanya itu. Dalam kondisi seperti itu tiba-tiba muncul pertanyaan dalam benaknya, "Mengapa Tuhan menciptakan saya ?" atau "Apa yang diinginkan oleh Tuhan untuk saya lakukan ?" atau "Sebenarnya, ngomong-ngomong, siapa sih Tuhan itu ?" "Mengapa kami mempercayai 'dosa asal ?" dan "Mengapa anak-anak lelaki Adam dipaksa menerima 'dosa-nya' dan kemudian sebagai konsekuensinya mereka harus dihukum selamanya?”
Jika Anda menanyakan hal itu pada seseorang pendeta atau siapapun pemimpin Kristiani, kata Yusuf, mereka mungkin akan memberitahu anda bahwa anda harus meyakini itu tanpa perlu bertanya, atau itu adalah 'misteri' dan anda dilarang untuk bertanya.
Pada tahun 1991 Yusuf mencari tahu apa yang diyakini oleh Muslim tentang Bibel. Dia terkejut. Bagaimana ini bisa? Tidak hanya sampai di situ, mereka bahkan yakin bahwa Jesus adalah pembawa pesan yang sesungguhnya dari Tuhan, Nabi dari Tuhan, lahir secara ajaib tanpa campur tangan manusia dari perawan suci Maria, ia adalah 'Kristus' atau sebagai juru selamat sebagaimana diprediksikan dalam Bibel, dia bersama Tuhan sekarang, dan yang terpenting, dia akan datang kembali pada Hari Kiamat untuk memimpin orang-orang beriman untuk melawan kaum 'Antikristus'.
Ini sungguh di luar dugaan Yusuf. Islam bahkan tahu lebih banyak tentang Jesus ketimbang gambaran di Bibel, khususnya saat para evangelists (dan orang Amerika juga) pergunakan untuk membenci Muslim dan Islam di seluruh dunia dengan amat sangat.
Bertemu dengan Seorang Muslim
Pada tahun 1991 ayah Yusuf mulai terlibat bisnis dengan orang-orang Mesir dan pada suatu waktu meminta Yusuf untuk menemui salah seorang dari mereka. Yusuf tertarik dengan tawaran sang ayah. Namun, saat ayah mengatakan bahwa pria yang akan ditemuinya adalah seorang Muslim, Yusuf tidak mempercayainya. Seorang Muslim? Tidak.
Yusuf tidak sudi. Ia mengingatkan ayahnya tentang berbagai macam hal buruk tentang orang-orang Islam. Mereka adalah teroris, pembajak, penculik, pengebom dan apalagi yang orang tidak tahu tentang mereka? Belum lagi bahwa mereka tidak percaya pada Tuhan; mereka menciumi tanah lima kali sehari dan mereka menyembah kotak hitam di gurun. Kepada ayah, Yusuf bilang tidak akan mau menemui orang itu.
Ayahnya bersikeras agar Yusuf menemui orang itu dan berusaha meyakinkan Yusuf bahwa ia seorang pria yang baik. Akhirnya Yusuf menyerah dan setuju untuk bertemu dengan si Muslim itu. Tapi dengan cara Yusuf, yaitu bertemu pada hari Minggu tepat setelah selesai dari Gereja. Jadi, Yusuf dalam kondisi baik dan siap untuk berdoa pada Tuhan.
Yusuf membawa serta Al-Kitab di bawah lengannya seperti biasa. Dia juga mengenakan salib besar yang mengkilat tergantung di lehernya dan tak lupa sebuah topi bertuliskan "Jesus adalah Tuhan" tepat di bagian depan. Istri dan kedua anak perempuannya juga datang dan mereka siap untuk menemui si 'Muslim' itu.
Ketika Yusuf tiba di toko dan menanyakan pada ayahnya mana si 'Muslim' itu, ia menunjuk ke suatu arah, dan berkata, "Itu dia ada di sana." Yusuf bingung. Itu bukanlah Muslim. Bukan!
Yusuf mencari seorang pria besar dengan jubah dan sorban di kepalanya, jenggot yang bergelayut ke bawah hingga kemeja dan alisnya yang melintang di depan. Tapi pria ini tidak berjenggot. Faktanya, ia bahkan tidak punya rambut di atas kepalanya. Ia malah cenderung botak. Dan ia sangat ramah dan hangat, datang menghampiri lalu menjabat tangan Yusuf. Ia pria yang menyenangkan. Ini tidak masuk akal. Yusuf mengira ia adalah teroris dan bomber.
Mulai Terkejut
Setelah perkenalan singkat, Yusuf bertanya padanya, "Apa Anda percaya adanyaTuhan?" Dia berkata, "Ya."(Bagus!)
Kemudian Yusuf bertanya lagi, "Anda percaya Adam dan Hawa?" Dia menjawab: "Ya."
Yusuf lalu bertanya, "Bagaimana dengan Ibrahim (Abraham)? Anda meyakini dia dan bagaimana ia mencoba mengorbankan anaknya demi Tuhan?" Ia menjawab: "Ya."
Kemudian Yusuf bertanya lagi, "Bagaimana dengan Musa, Daud (David), Sulaiman (Solomon) dan Yahya (John) sang Pembaptis ?" Ia menjawab, "Ya."
Yusuf bertanya lagi, "Anda percaya Injil (Bible) ?" Lagi, ia menjawab, "Ya." Jadi, sekarang tiba saatnya untuk satu pertanyaan besar, "Apakah anda percaya Isa Almasih (Jesus)? Bahwa dia adalah Kristus dari Tuhan (the Christ of God)?" Lagi ia menjawab, "Ya."
Jawaban orang Muslim itu benar-benar mengejutkan Yusuf. Namun, Yusuf masih gengsi mengakuinya dan masih berusaha mengajak orang Muslim itu agar tertarik dengan ajaran Kristen. Ia lalu bertanya pada orang itu apakah ia suka teh dan ia bilang ya. Maka, mereka pergi ke kedai kecil di mall dan duduk di sana berbincang-bincang tentang topik kesukaan Yusuf: Keyakinan.
Saat mereka duduk di warung kopi kecil selama berjam-jam untuk berbincang-bincang (bahkan Yusuf yang terlalu banyak bicara) Yusuf tahu bahwa orang itu adalah seorang pria yang baik, sabar, dan bahkan sedikit pemalu. Dia mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan Yusuf dan sama sekali tidak menginterupsi walau hanya sekali. Yusuf menyukai orang ini dan dia mulai berpikir bahwa orang itu punya potensi untuk menjadi seorang Kristen yang baik.
Hari demi hari, mereka berkendaraan bersama dan berdiskusi mengenai berbagai isu termasuk perbedaan keyakinan yang dimiliki oleh beragam orang. Dan sepanjang perjalanan tersebut, Yusuf tentu saja sambil menghidupkan siaran radio favoritnya, yakni tentang peribadatan dan pujian untuk membantu memasukkan pesan-pesan pada si muslim ini.
Suatu hari Yusuf mengajak Muhamad (nama Muslim itu) untuk tinggal bersamanya. Muhammad setuju. Tidak lama kemudian, Yusuf juga mengajak pendeta yang dikenalnya di rumah sakit untuk tinggal bersamanya. Setiap malam mereka berkumpul di meja makan usai makan malam, untuk mendiskusikan agama. Ayah Yusuf membawa Al-Kitab Versinya King James (King James Version of the Bible). Yusuf sendiri membawa versi Al-Kitab Standard yang telah direvisi (Revised Standard Version of the Bible). Istri Yusuf membawa versi lain lagi dari Al-Kitab. Pendeta itu punya Al-Kitab Katolik (Catholic Bible) yang punya tujuh buku lebih banyak yakni Al-Kitabnya Protestan. Jadi, mereka semua lebih banyak menghabiskan waktu membicarakan mana Al-Kitab yang benar atau yang paling benar, ketimbang mencoba untuk meyakinkan Muhamad agar menjadi Kristen.
Yusuf kemudian menanyakan Muhamad berapa banyak versi Al Quran? Dia menjawab bahwa hanya ada SATU Al QURAN. Dan bahwa kitab suci itu tidak pernah berubah. Ia bahkan memberitahu Yusuf bahwa ratusan juta Muslim telah hafal Quran dan juga telah mengajarkannya pada orang lain hingga hafal sampul demi sampul dan huruf demi huruf dengan sempurna, tanpa ada kesalahan sedikit pun.
Mata Yusuf terbelalak. Suatu hal yang sulit dipercaya! Di atas semuanya, bahasa asli Al-Qur'an masih terjaga keasliannya, sementara bahasa asli Al-Kitab telah lama mati berabad-abad yang lalu dan dokumentasinya itu sendiri telah lama hilang selama ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Jadi, hal seperti ini bagaimana bisa begitu mudah melestarikan dan membaca dari halaman demi halaman.
Masuk Islam
Pada suatu hari pendeta Katolik itu meminta Muhammad agar ia diijinkan untuk ikut dengannya pergi ke Masjid. Lama sekali mereka pergi dan tidak pulang-pulang. Hingga hari menjadi gelap dan Yusuf khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu pada mereka. Akhirnya mereka pulang juga, dan ketika mereka datang Yusuf mudah mengenali betul Muhamad, tapi siapa pria dengan pakaian panjang di sebelahnya? Seseorang memakai jubah putih dan peci putih. Ternyata dia adalah pendeta Katolik itu. Spontan Yusuf bertanya padanya, “Apakah kamu menjadi seorang Muslim?” Dia bilang bahwa ia telah masuk Islam pada hari ini.
Yusuf lalu pergi ke lantai atas untuk memikirkan sesuatu, dan mulai berbicara pada istrinya tentang agama secara lebih menyeluruh. Istrinya kemudian mengaku bahwa ia tertarik dengan Islam. Yusuf sungguh terkejut untuk ke sekian kalinya. Akhirnya, pada pukul 11:00 pagi saat itu, Yusuf pun mengikrarkan dua kalimat syahadat di hadapan dua kawannya, mantan pendeta yang dikenal dengan Pastor Jacob Petrus (Father Peter Jacob's) dan Muhamad Abdul Rahman (Mohamed Abel Rehman). Setelah itu, giliran istrinya yang masuk Islam dan beberapa bulan kemudian ayahnya menyusul.
Demikian kisah seorang penganut Kristen taat yang kemudian menjadi muallaf yang gigih dalam menegakkan ajaran-ajaran Islam. Atas sumbangsihnya dalam penyiaran agama Islam di Amerika dan sekitarnya, ia pun diganjar penghargaan sebagai Tokoh Islam Tahun 2012. Sebuah prestasi yang membanggakan, mengingat ia hanyalah seorang muallaf.
Yusuf Estes terpilih menjadi Tokoh Islam 2012 dalam ajang Dubai Internasional Award ke-16 (DIHQA). Ia terpilih karena sumbangsihnya mempromosikan Islam di seluruh dunia. “Atas sumbangsihnya mempromosikan Islam di seluruh dunia, ia diganjar penghargaan sebagai Tokoh Islam 2012.”
Yusuf Estes terpilih menjadi Tokoh Islam 2012 dalam ajang Dubai Internasional Award ke-16 (DIHQA). Ia terpilih karena sumbangsihnya mempromosikan Islam di seluruh dunia. “Atas sumbangsihnya mempromosikan Islam di seluruh dunia, ia diganjar penghargaan sebagai Tokoh Islam 2012.”
Ketua Komite Penghargaan, Ibrahim Bumelha mengatakan, tidak ada yang meragukan perjuangan Estes. Ia begitu dicintai kalangan muslim muda. "Ketika diberitahu (terpilih jadi tokoh muslim 2012), ia begitu senang. Yusuf ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak," sebut Bumelha seperti dikutip onislam.net, Selasa (10/7).
Tak hanya itu, masih kisah Buhelma, Estes juga mendirikan sejumlah laman berbahasa Inggris, seperti TubeIslam (jejaring video muslim), ChatIslam (layanan chat Muslim) dan Worldpreschool (laman pendidikan bagi muslim muda). "Beliau juga rutin mengisi acara dakwah Islam di berbagai stasiun televisi," paparnya.
Yusuf Islam juga mendirikan sebuah TV Islam pertama di Amerika yaitu GuideUS TV. Beliau sering menghadiri undangan negara-negara di dunia, seperti Dubai, Tokyo, dan sebagainya untuk mengenalkan Islam lebih jauh. Atas segala kiprahnya itulah ia menjadi salah satu tokoh berpengaruh dalam dunia Islam.
Semoga kita bisa belajar dari kisah ini! Amien.
Sumber : http://e-biografi.blogspot.co.id/2015/08/yusuf-estes-pendiri-tv-islam-pertama-di.html
Sumber : http://e-biografi.blogspot.co.id/2015/08/yusuf-estes-pendiri-tv-islam-pertama-di.html
0 comments:
Post a Comment